Sunwich akhirnya merilis album penuh pertama
mereka, Apophenia, setelah perjalanan panjang yang penuh lika-liku
sejak debut mini album dan sederet single mereka. Buat kalian yang ngikutin
perkembangan mereka dari awal, rilisan ini jelas lebih dari sekadar album; ini
semacam buku harian yang disuguhkan dalam musik indie-pop yang ceria sekaligus
renyah khas mereka.
Formasi band yang terdiri dari Aliefia Augustine
(vokal), Hafiz Alfaiz (gitar), Mahandhika Irsyam (gitar), Raflie 'Ibek' Arbiantara (bass), dan Rifki Handani (drum) sudah
memperkenalkan diri lewat tiga single yang catchy: “The Bended Man” (2022),
“False Expectation” (2023), dan “Don’t Get to Know Me Too Well” (2023). Ketiga
single ini bukan hanya teaser, tetapi juga menggugah rasa penasaran untuk
menantikan apa yang bisa mereka tawarkan di album penuh.
Album perdana Sunwich, Apophenia, yang
dirilis pada 23 Februari 2024, menjadi sajian menarik dalam kancah indie pop
Jakarta. Terinspirasi dari istilah psikologi yang pertama kali dikemukakan oleh
Klaus Conrad pada tahun 1958, "Apophenia" berbicara tentang bagaimana
manusia terkadang menganggap ilusi sebagai kenyataan. Tema ini tercermin dalam
petualangan musik yang dihadirkan melalui sepuluh lagu, menggambarkan fluktuasi
kehidupan sehari-hari dan dinamika emosional yang dialami seorang gadis fiktif,
Wendy Charlotte.
Sampul album yang menampilkan Wendy Charlotte
tampak sederhana namun mengandung sarkasme, mengisyaratkan obsesi generasi muda
terhadap hal-hal instan. Dalam konteks album ini, Wendy adalah cermin untuk
perjalanan emosional yang kompleks dan personal, sebagaimana musik yang
ditawarkan Sunwich, yang tampaknya menggabungkan elemen indie pop dari Boy
Pablo, Alvvays, hingga band lokal seperti Grrrl Gang.
Track pembuka, "The Bended Man,"
mengawali dengan riff gitar ceria namun mengandung kisah getir—tentang laki-laki
toxic yang selalu memanipulasi dengan kata-kata manis. Begitu pula di
“Mutamycete,” yang berbicara tentang tekanan dan posesif dalam hubungan,
sementara "The Reason Why" menyinggung problematika menjadi seorang
people-pleaser, dengan nada yang lebih ringan meski masih emosional.
Di pertengahan album, nuansa menjadi lebih murung
dengan "Tears Are Holding Me Tight," yang merayakan kesedihan dalam
isolasi, dan “Hallo Virgo!!” yang membahas usaha melupakan romansa masa lalu.
Kedua track ini membangun atmosfer kelam dengan melodi gitar yang pelan dan
lirik yang sederhana namun tajam. “False Expectation” kemudian hadir dengan
intensitas yang meningkat, mengekspresikan kekecewaan akibat ekspektasi yang
tak terpenuhi.
"Loss and Regrets" adalah salah satu
momen paling emosional dalam album, mengangkat tema kehilangan seseorang yang
sangat berarti, dibalut dengan lapisan vokal yang menyayat. "Fold
Anathema" memberikan jeda dengan suasana nostalgia cinta remaja yang manis
namun sederhana. Track ini membawa pendengar pada masa-masa yang lebih ringan,
mungkin mengingatkan pada kisah cinta di bangku SMA.
"Don’t Get to Know Me Too Well"
mengungkapkan keraguan untuk membuka hati, menampilkan sisi Sunwich yang lebih
rentan dan emosional. Ini adalah salah satu track dengan nuansa emo paling
kental di album. Di sisi lain, “Sunny Side Up” menutup album dengan suasana
melankolis yang memadai. Dengan tempo yang lambat dan nada yang menenangkan,
lagu ini cocok untuk merefleksikan kehidupan di tengah hiruk-pikuk sehari-hari,
namun tetap menyisipkan kekhawatiran akan masa depan di lirik penutupnya.
Apophenia
penuh dengan refleksi kehidupan yang mereka rangkum dari pengalaman personal.
Ibek sang bassist mengatakan album ini bak rangkuman pencarian makna dari semua
momen hidup yang melelahkan tapi ujungnya justru membawa titik terang.
Sedangkan Aliefia sang vokalis, lewat liriknya, tampak coba mengeksplor dinamika
hubungan: dengan keluarga, teman, pasangan, bahkan diri sendiri.
Secara musikal, jangan harap formula yang
mainstream. Apophenia
menawarkan nuansa yang cukup ‘nyeleneh’—synth yang sedikit nge-pop, dipadu
dengan rhythm gitar yang nggak berlebihan tapi pas banget. Rifki sang drummer
juga menekankan bahwa di album ini vokal menjadi inti dari tiap lagu, memberi
lebih banyak ruang pada emosi vokalis Aliefia.
Sunwich berhasil menyajikan pengalaman mendengarkan
yang relevan bagi para pendengar muda melalui narasi yang mungkin terdengar
klise namun jujur, dilengkapi dengan produksi yang matang berkat campur tangan
Reney Karamoy di Sonic Garage Studio. Album ini menandai debut yang menjanjikan
bagi kuintet Jakarta ini, dengan potensi untuk merambah pasar global.
