Perfect Days sebuah film drama
kehidupan yang disutradarai oleh Wim Wenders, dengan skenario yang ditulis
bersama dengan Takuma Takasaki. Film ini menampilkan Koji Yakusho dalam peran
utama sebagai Hirayama, seorang petugas kebersihan toilet umum di distrik Shibuya,
Tokyo, dengan kehidupan yang sederhana.
Film ini perdana ditayangkan pada
Festival Film Cannes ke-76 pada 23 Mei 2023, dan berhasil menyabet penghargaan
Prize of the Ecumenical Jury dan Best Actor untuk Koji Yakusho, dan film ini juga
meraih nominasi pada gelaran Oscar 2024 dalam kategori Best International
Feature Film.
Dalam situs ulasan IMDb, Perfect
Days mendapatkan rating sebesar 7.9 dari 10 berdasarkan 39K user ratings dan disitus
Metacritic mendapatkan metascore 80 dari 100 berdasarkan 38 kritikus.
Rutinitas Kehidupan Seorang Pembersih Toilet
Film ini hanya mengangkat tema
biasa tanpa unsur fantasi atau aksi dramatis, sekilas bahkan tidak banyak sekuen
atau plot, film ini murni hanya fokus pada rutinitas sehari-harinya sebagai
pembersih toilet.
Melalui tokoh utamanya, Hirayama (Koji
Yakusho), karakter tersebut digambarkan sebagai seorang yang pendiam dan tidak
banyak bicara. Hirayama tinggal sendirian di sebuah rumah minimalis sambil menjalani
kehidupannya dengan teratur dan terstruktur.
Seiring berjalannya film, kita diajak
untuk melihat betapa tekun dan telatennya seorang Hirayama dalam menjalani pekerjaannya,
ia sangat teliti dalam membersihkan toilet hingga bagian-bagian terkecil,
bahkan Hirayama memiliki peralatan kebersihan sendiri. Mobilnya pun digunakan
sebagai tempat penyimpanan alat-alat kebersihan yang menunjukkan betapa
berdedikasinya ia terhadap pekerjaannya.
Pekerjaannya bukanlah pekerjaan
biasa yang dilakukan orang Jepang pada
umumnya. Terlepas dari pekerjaannya yang dianggap “rendahan” oleh kebanyakan
orang, Hirayama malah menunjukkan kepada kita betapa bahagianya ia dalam
menjalani hidup sebagai seorang pembersih toilet umum.
Di luar rutinitas pekerjaannya ia
menjalani hidup dalam kesederhanaan, dengan membaca novel, mendengarkan musik,
merawat tanaman, hingga mengunjungi tempat makan favoritnya.
Meskipun hidup dalam kesendirian, sosok
Hirayama tidak pernah kesepian, sebaliknya ia menikmati hidupnya dengan penuh kebahagiaan
dan ketenangan. Seperti yang terlihat pada hobinya memotret pepohonan
menunjukkan ia sangat memperhatikan berbagai detail kecil disekitarnya yang
membuat ia terlihat bahagia, bahkan Hirayama menganggap pohon sebagai temannya.
Perfect Days bukanlah film yang
mengandalkan banyak dialog pada karakter utamanya. Film ini lebih mengandalkan
pendekatan yang minimalis dalam menyampaikan sebuah cerita dengan ritme narasi
yang lambat dan pola yang berulang.
Meskipun Hirayama tidak banyak
bicara, tetapi ia lebih sering untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasa
tubuhnya dibandingkan dengan menggunakan kata-kata langsung dari mulutnya. Namun
dari sini kita diajak untuk memahami karakter misterius seorang Hirayama dan
juga interaksi terhadap orang-orang yang ia temui.
Dengan minimnya penjelasan yang
mendalam tentang karakter Hirayama, kita diajak untuk menggali lebih dalam dan
menafsirkan sendiri dari sikap dan perilakunya. Hal ini membawa kita untuk
meresapi keheningan yang ditemui oleh Hirayama dalam kehidupannya.
Pemilihan Soundtrack pada Film Menggambarkan Kehidupannya
Lagu-lagu yang diputar didominasi oleh
band dan penyanyi era 60an dan 70an
mulai dari The Rolling Stones, Van Morrison, The Velvet Underground, Patti
Smith hingga The Animals membuat karakter Hirayama mempunyai selera musik yang
elegan dan berkelas bahkan koleksi kaset musiknya dapat membuat iri penikmat
musik.
Dan hal yang paling menyentuh
adalah ketika lagu Feeling Good dari Nina Simone dan Perfect Day dari Lou Reed
diputar, kita akan diperlihatkan titik puncak emosional melalui ekspresi berlapis
dari wajah Hirayama, ini menciptakan epilog yang indah sekaligus mengharukan.
Kesimpulan
Dengan sekuen yang minimalis
mungkin akan membuat sebagian penonton merasa bosan akan pola narasinya yang
berulang, tapi dengan melalui cara ini sang sineas berhasil memberikan
pengalaman menonton yang mendalam.
Film ini berhasil menampilkan
keindahan Tokyo secara visual, terutama dalam beberapa adegan yang menampilkan
toilet futuristik di Shibuya. Wim Wanders dengan cermat memperhatikan secara detail
kehidupan sehari-hari di kota tersebut, menciptakan atmosfer yang mendukung jalan
cerita tanpa mengesampingkan aspek visualnya.
Penggunaan lagu-lagu lawas dalam film ini juga memberikan nuansa klasik yang membuat kita seakan-akan masuk ke dalam kehidupan seorang Hirayama. Melalui Hirayama, kita diajak untuk memahami bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal yang sederhana, tanpa bergantung pada kekayaan atau status pekerjaan. Perfect Days juga mengajarkan bahwa sebuah hari dapat menjadi sempurna saat kita mampu menikmati waktu dengan hal-hal yang kita cintai.



